Translate Google

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 November 2010

Tingkah Laku Lucu Para Petinggi Dunia !

Prilaku para pemimpin duniai menunjukan sikap yang tidak sepantasnya dilakukan. Sebagaimana mestinya, para pemimpin yang baik mampu menunjukan kinerja yang optimal demi rakyat yang dipimpinnya. Jangan sebaliknya, seperti lagu yang dibawakan Iwan Fals: wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyat.

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown tampak menguap ketika sedang mengikuti pertemuan tingkat tinggi tentang perdamaian dan keamanan negara-negara Afrika di markas besar PBB New York tanggal 16 April 2008.



Sekretaris Negara Amerika Serikat Condoleezza Rice tanpa tedeng aling-aling menguap sedangkan di sebelahnya, Sekretaris Pertahanan Robert Gates, langsung termenung. Foto diambil ketika terjadi pertemuan antara Presiden Amerika George W. Bush dengan Presiden El-Salvador Elias Antonio Saca di Ruang Oval Gedung Putih, Washington, 29 November 2007.



Menteri Pertahanan India Pranab Mukherjee menguap dalam pertemuan Hindustan Aeronautics Ltd. di kota Bangalore tanggal 15 Juli 2005.

Mantan Presiden Amerika Serikat George W. Bush berbicara dalam pertemuan membahas situasi terkini di Irak bersama para mantan Sekretaris Jenderal dan Pertahanan Amerika di Gedung Putih tanggal 12 Mei 2006. Terlihat Wakil Presiden Dick Cheney tertidur dengan asyiknya!

Dick Cheney memang tak pernah berhenti mengantuk dimanapun dan kapanpun! Disini ia terlihat menguap dengan lebarnya pada saat Perdana Menteri India Manmohan Singh sedang berpidato pada pertemuan bersama Kongres di Capitol Hill tanggal 19 Juli 2005.



Beberapa delegasi dari 3.000 orang yang hadir terlihat kompak tertidur dalam pembukaan Kongres Nasional Partai Cina (NPC) tanggal 5 Maret 2007,Yang akhirnya Pemerintah kota Hengyang, provinsi Hunan, China selatan memecat 6 pejabatnya.

Perdana Menteri Inggris Tony Blair menguap sebelum pertemuan antara para pemimpin negara industri terkemuka di tempat peristirahatan Baltik Heiligendamm tanggal 7 Juni 2007.

Para pembuat Undang-Undang dari partai oposisi Grand National PartyKorea Selatan tampak tertidur dengan pulas dengan tidak lupa menutupi kepala mereka dengan saputangan sementara para kolega mereka sedang bertemu di Seoul tanggal 31 Desember 2004.



Para politisi Cina lelap tertidur dalam pertemuan tahunan Kongres Rakyat Cina (NPC) di Beijing tanggal 9 Maret 2005.

http://ihsanmaulana.files.wordpress.com/2010/01/ghost-door-gus-dur-abdurrahman-wahid-sleep.jpg

Mantan Presiden RI-4 Gus Dur tenggelam dalam mimpi sementara Wakilnya Megawati terbengong-bengong dalam pertemuan dengan anggota DPR tanggal 28 Maret 2001.
foto www.republika.co.id
“Mestinya ada larangan bagi anggota DPR untuk begadang, apalagi kalau hampir setiap malam, meskipun ada perlunya!” kata seorang kawan.

dari berbagai sumber

Sabtu, 20 November 2010

Pendiri Pondok Pesantren Darussalam

Pendiri Pondok Pesantren Darussalam

Salah satu ulama terkemuka di Banyuwangi ini terkenal dengan sikap dan perilaku yang menjadi panutan umat. Dialah KH Mukhtar Syafa’at, pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Jajag, Banyuwangi.

Suatu waktu, Kyai Dimyati (putra KH Ibrahim) mengalami jadzab (“nyleneh”).  Ia mengusir Syafa’at dan kedua sahabatnya yang bernama Mawardi dan Keling. Ketiganya adalah santri yang dibencinya. Saat Kyai Syafa’at sedang mengajar, Kyai Dimyati (Syarif) melemparinya dengan maksud agar Syafa’at meninggalkan pondok. Akhirnya Syafa’at meningalkan Pondok Pesantren Jalen Genteng yang diikuti oleh salah satu santri yang bernama Muhyidin, santri asal Pacitan ke kediaman kakak perempuannya Uminatun yang terletak di Blokagung.

Perjuangan beliau dimulai dari musholla milik kakaknya. Mula-mula beliau mengajarkan Al Qur’an dan beberapa kitab dasar kepada para pemuda masyarakat sekitar, dan diikuti oleh para santri yang dulu pernah belajar di Pondok Pesantren Jalen. Beberapa bulan berikutnya musholla tersebut tidak dapat lagi menampung para santri yang ingin belajar kepadanya.

Melihat kondisi yang demikian, Kyai Syafa’at merasa prihatin sehingga berkeinginan untuk pindah ke luar daerah Blokagung. Namun oleh Kyai Sholehan dilarang dan bahkan kemudian dinikahkan dengan seorang gadis bernama Siti Maryam, putri dari bapak Karto Diwiryo Abdul Hadi.

Setelah menikah, beliau pindah ke rumah mertuanya. Di tempat yang baru ini juga sudah ada mushollanya dengan ukuran 7 x 7 meter. Dalam kurun waktu satu tahun, jumlah santri yang belajar bertambah banyak sehingga musholla ini juga tidak cukup untuk menampung santri. Kemudian muncullah ide untuk mendirikan sebuah masjid yang lebih besar untuk keperluan sholat dan belajar. Beliau memerintahkan para santri untuk mengumpulkan bahan bangunan untuk keperluan pendirian masjid. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 15 Januari 1951. Dalam perkembangan selanjutnya tanggal inilah yang dijadikan sebagai peringatan berdirinya Pondok Pesantren Darussalam Blokagung. Dalam mendirikan pondok pesantren ini beliau dibantu oleh temanya Kyai Muhyidin dan Kyai Mualim.

Itulah sekilas latar belakang KH Muktar Syafa’at Abdul Ghafur seorang ulama dan guru panutan umat. Ia lahir di dusun Sumontoro, Desa Ploso Lor, Kec Ploso Wetan, Kediri, 6 Maret 1919. Ia adalah putra keempat dari pasangan suami-isteri KH Abdul Ghafur dan Nyai Sangkep. Kalau dilihat dari silsilah keturunan, KH Mukhtar Syafa’at merupakan salah seorang keturunan pejuang dan ulama, dari silsilah ayahnya, KH Mukhtar Syafa’at putra dari Syafa’at bin Kyai Sobar Iman bin Sultan Diponegoro III (keturunan prajurit Pangeran Diponegoro) dan garis ibu, yaitu Nyai Sangkep binti Kyai Abdurrohman bin Kyai Abdullah (keturunan prajurit Untung Suropati).

Sejak usia kanak-kanak (4 tahun), Syafa’at telah menunjukkan sikap dan perilaku cinta terhadap ilmu pengetahuan dan berkemauan keras mendalami agama Islam. Setiap sore hari, ia tekun mengaji ke mushola terdekat yang saat itu diasuh oleh Ustadz H. Ghofur. Dari sinilah ia mulai belajar membaca Al-Qur’an. Pada tahun 1925 (usia 6 tahun), Syafa’at kemudian mengaji ke Kyai Hasan Abdi selama 3 tahun di desa Blokagung, Tegalsari, Banyuwangi.

Selepas dikhitan pada tahun 1928, ia kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang yang saat itu diasuh oleh KH. Hasjim Asy’ari. Di pesantren ini, ia seperti umumnya santri-santri lain mendalami ilmu-ilmu agama Islam seperti Ilmu Nahwu, Shorof, Fiqih, Tafsir Al-Qur’an dan Akhlaq Tasawuf.

Setelah 6 tahun menimba ilmu di Pondok Tebuireng, pada tahun 1936 ia diminta pulang oleh ayahnya agar saudaranya yang lain secara bergantian dapat mengenyam pendidikan pesantren. Permintaan tersebut ditampiknya secara halus, karena ia ingin mendalami dan menguasai ilmu-ilmu pesantren. Atas saran salah satu kakaknya, yakni Uminatun (Hj. Fatimah) pada tahun 1937 ia akhirnya meneruskan studi ke Pondok Pesantren Minhajut Thulab, Sumber Beras, Muncar, Banyuwangi yang diasuh KH. Abdul Manan.

Selama menjadi santri di ponpes Minhajut Thulab, Syafa’at sering jatuh sakit. Setelah satu tahun, ia akhirnya pindah lagi ke Ponpes Tasmirit Tholabah yang diasuh oleh KH Ibrahim. Di pondok ini selain belajar, ia juga dipercaya oleh KH Ibrahim untuk mengajar ke santri lain. Di Pondok ini juga, Syafa’at mulai mengkaji ilmu-ilmu tasawuf, seperti belajar kitab Ihya Ulumiddin karya Syeikh Imam Al-Ghozali.

Pemahaman ini tidak sebatas pelajaran teori saja, namun juga ia praktekan secara langsung seperti saat mandi, shalat fardhu, dan berhubungan dengan lain jenis. Saat mandi, ia tidak pernah menanggalkan seluruh pakaiannya, dan tidak pernah melihat auratnya. Selain itu, selama di Ponpes Tasmirit Tholabah ia senantiasa shalat berjamaah di masjid. Padahal, ia termasuk kriteria “santri kasab”, yaitu santri yang mondok sambil bekerja kepada masyarakat sekitar.

Selama masih menuntut ilmu dan merasa belum waktunya menikah, Mukhtar Syafa’at senantiasa memelihara diri dan menjaga jarak dengan hubungan lain jenis. Suatu hari, ia oleh teman-teman santri dijodoh-jodohkan dengan seorang gadis masyarakat sekitar Pondok Tasmirit Tholabah. Apa reaksinya? Ia justru bersikap dan berperilaku layaknya orang gila dengan cara memakai pakaian yang tidak wajar. Dengan demikian, gadis yang dijodoh-jodohkan tersebut beranggapan bahwa Syafa’at adalah benar-benar gila, dan praktis keberatan bila dijodohkan.

Pengembaraan Kyai Syafaat dalam menuntut ilmu adalah perjalanan panjang yang menuntut perjuangan, ketabahan hati dan pengorbanan. Ia seringkali dalam situasi dan kondisi yang memprihatinkan. Salah seorang sahabatnya ketika belajar di Ponpes Tasmirit Tholabah, KH Mu’allim Syarkowi menuturkan keadaannya, ”KH Syafa’at (Alm.) ketika belajar di Pondok Tasmirit Tholabah, Jalan Genteng Banyuwangi, sangatlah menderita. Ia sering jatuh sakit, terutama penyakit kudis (gudik). Disamping itu, ia tidak mendapat kiriman dari orang tuanya sehingga harus belajar sambil bekerja. Apabila musim tanam dan musim panen tiba, kami harus mendatangi petani untuk bekerja. Pagi-pagi benar kami harus sudah berangkat dan menjelang Dzuhur kami baru pulang. Sedangkan malam hari kami gunakan untuk belajar mengaji.”

Walaupun dalam kondisi yang memprihatinkan, Kyai Syafa’at tetap bersikeras untuk mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Semasa masa pendudukan Jepang antara tahun 1942-1945, ia juga turut berperan aktif dalam bela negara dan merebut kemerdekaan RI. Oleh teman-teman seperjuangan, ia diangkat sebagai juru fatwa dan sumber ide dalam penyerangan. Setiap akan melangkah, mereka meminta pertimbangan dahulu kepada Syafa’at.

Pada jaman pendudukan Jepang, Syafa’at tidak luput dari gerakan Dai Nippon Jepang yang bernama Hako Kotai, yaitu gerakan pemerasan terhadap harta, jiwa dan harta bangsa Indonesia demi kemenangan Perang Asia Timur Raya. dalam gerakan ini, Syafa’at diwajibkan mengikuti kerja paksa selama 7 hari di Tumpang Pitu (pesisir laut pantai selatan teluk Grajagan dan Lampon). Ia dipekerjakan sebagai penggali parit perlindungan tentara Jepang.

Saat Belanda mendarat di pelabuhan Meneng, Sukowati, Banyuwangi Syafa’at tidak tinggal diam. Ia bergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat yang dipimpin Kapten Sudarmin. Syafa’at juga turut aktif melakukan penyerbuan ke kamp-kamp tentara Belanda saat perang gerilya dengan bergabung dalam Font Kayangan Alas Purwo dan Sukamande kecamatan Pesangaran yang dipimpin Kyai Muhammad dan Kyai Musaddad.

Lepas dari alam penjajahan Jepang dan Belanda, tepatnya pada tahun 1949 ia mulai merintis berdirinya Pesantren Darussalam. Setelah melalui perjuangan yang berat, pesantren Darussalam akhirnya berkembang dari waktu ke waktu dan jumlah santrinya pun semakin bertambah banyak. Ini tak lepas dari sosok pendiri dan pengasuh pesantren KH Syafa’at yang menjadi sosok teladan sekaligus panutan umat.

Ia juga kerap dimintai pertolongan untuk melakukan pengobatan masyarakat. Dengan cara menulis lafadz ya’lamuuna, selepas itu pada huruf ‘Ain ditancapkan paku sambil dipukul palu. Sesekali KH Syafa’at menanyai pasien, apakah masih sakit atau tidak. Kalau masih sakit, dipukul lagi dan jika makin parah maka pada huruf Mim juga akan ditancapkan paku dan dipukul lagi sebagaimana huruf ‘Ain. Konon, pengobatan tradisional ini banyak melegakan pasien. Selain itu, ia juga sering dimintai untuk mengobati dan menangkal gangguan santet dan sejenisnya. Sehingga rumahnya kerap dikunjungi para tamu dari berbagai daerah. “Kalau kalian mengetahui ada tamu, maka beri tahu saya. Kalau saya tidak ada atau bepergian, silahkan tamu tersebut singgah ke rumah barang sejenak dan hormatilah mereka dengan baik. Kemudian, pintu rumah jangan ditutup sebelum jam 22.00,” demikian pesan KH. Syafa’at kepada keluarga dan para santri.

KH Syafaat juga dikenal sebagai pribadi yang penuh kesedehanaan, qana’ah, teguh menjaga muru’ah (harga diri) dan luhur budinya. Ia tidak pernah merasa rendah di hadapan orang-orang yang kaya, apalagi sampai merendahkan diri pada mereka dan ia tidak malas beribadah karena kefakirannya. Bahkan jika disedekahi harta, ia tidak mau menerima. Sekalipun diterima itu pun hanya sebatas yang diperlukan saja, tidak tamak untuk mengumpulkannya.

Bahkan Kyai Sya’aat dikenal punya semangat memberi dan memuaskan setiap orang yang datang kepadanya. Pernah suatu saat Kyai Syafa’at akan berangkat Haji, terlebih dahulu ia berziarah ke makam Sunan Ampel di Surabaya. Lepas dari komplek makam, ia bertemu dengan ratusan pengemis dan ia memberikan shodaqah kepada para pengemis di sekitar makam sampai uangnya habis. Bahkan karena sebagian pengemis itu tidak kebagian, ia kemudian menyuruh salah satu santrinya untuk mencarikan hutangan sejumlah empat juta rupiah kepada Masyhuri di Surabaya untuk disedekahkan kepada para pengemis yang tidak kebagian.

Tidak hanya itu, sering uang bisyaroh selepas mengisi pengajian di banyak tempat di berikan langsung kepada orang-orang yang tidak dikenalnya, tanpa menghitung jumlah uang yang diterimanya. Selain dermawan akan harta dan ilmu, KH Syafa’at dikenal seorang ulama yang wira’i ( menjaga kehormatan).

Suatu ketika Kyai bepergian dengan ditemani oleh salah satu sopir, H Mudhofar, sampai di Karangdoro mobilnya rusak (mogok). Akhirnya mobil dibenahi dan oleh H. Mudhofar diambilkan batu bata untuk mengganjal mobil, di salah satu perumahan penduduk. Setelah selesai, mobil berjalan dan KH Syafa’at bertanya, ”Batu bata itu milik siapa? Kalau punya orang, kembalikan!” Akhirnya mobil berhenti dan batu bata tersebut oleh H. Mudhofar dikembalikan ke tempatnya semula.

Selain aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, KH. Syafa’at juga aktif dalam Jami’ah Keagamaan Nahdlatul Ulama. Tercatat, ia pernah menjadi pengurus dari tingkat ranting sampai cabang. Jabatan terakhirnya adalah sebagai salah satu Musytasyar wilayah Banyuwangi, Jawa Timur.

KH Syafa’at pada hari Jumat malam, 1 Februari 1991 (17 Rajab 1411 H) dengan meninggalkan 14 anak (10 putra, 4 putri) dari perkawinannya dengan Nyai Siti Maryam dan 7 anak (4 putra, 3 putri) dari perkawinannya dengan Nyai Hj Musyarofah. Jenazah setelah disemayamkan di rumah duka dan dishalati oleh mu’aziyin sampai 17 kali kemudian dimakamkan komplek makam keluarga, sekitar 100 meter arah utara dari Pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi.

Jumat, 19 November 2010

Napoleon Bonaparte

Napoleon Bonaparte masuk Islam?
musuh Inggris selama bertahun-tahun telah Perancis. warisan tetap seperti yang terlihat di Ibukota Inggris, London, dimana monumen yang didedikasikan untuk kekalahan atas Prancis, yang nyata. Kekalahan telah paling signifikan terhadap bahwa ketika Perancis diperintah oleh Napoleon Bonaparte. (Nelson's Column, Trafelgar Square, Waterloo Station untuk menyebutkan beberapa.)
Namun, sejarah jarang terlihat dalam cahaya benar, dan hampir selalu parsial ke 'pihak yang menang' - yang dalam tangan pena tetap, lama setelah baik pertempuran dan perang telah dimenangkan. Namun, penemuan terbaru tampaknya menunjukkan beberapa fakta menarik tentang Napoleon dan keyakinan agamanya.
Dalam buku tersebut, 'Satanic Voices - Ancient and Modern' by David M. Pidcock, (1992 ISBN: 1-81012-03-1), menyatakan pada halaman 61, yang kemudian resmi koran Prancis, Le Moniteur, membawa akun konversi ke Islam, pada tahun 1798 CE
Ia menyebutkan nama barunya muslim, yang 'Aly (Ali) Napoleon Bonaparte'. Dia memuji konversi nya Jacques Umum Menou, yang menjadi dikenal sebagai General 'Abdullah-Jacques Menou', yang kemudian menikah dengan orang Mesir, Sitti Zoubeida - yang adalah keturunan dari garis Nabi Muhammad (pada siapa akan perdamaian).
Napoleon tidak mengakui keunggulan Islam (Syariat) Hukum - dan memang berupaya untuk menerapkan ini di Kekaisaran nya. Sebagian besar ini, sebagai salah satu bisa membayangkan, telah dihapus / diganti dengan undang-undang sekuler modern-hari di Perancis dan bagian lain Eropa, tetapi beberapa aspek dari Islam (Syari'at) Hukum lakukan saat ini ada dalam konstitusi Perancis sebagai dasar beberapa undang-undang mereka dari Code Napoleone. Satu kasus dipublikasikan adalah bahwa dari kecelakaan mobil fatal dengan Diana, Princess of Wales, dan Dodi Al-Fayed. "Para fotografer yang dibebankan dengan bagian lama Fikih Perancis, untuk 'tidak membantu di tempat sebuah accident'-yang diambil dari Hukum Syariat Imam Malik." (M. Pidcock David, 1998 C.E.)rekening rinci lebih lanjut tentang ini dapat ditemukan dalam buku 'Napoleon Dan Islam' oleh C. Cherfils. ISBN: 967-61-0898-7

Muhammad Ali


Si Perkasa


Dunia terletak di sebelah kiri seseorang. (Peribahasa Arab)

Setelah sarapan di sebuah hotel di South Side Chicago, dua orang anak laki-laki menyapanya. Ali "diagung-agungkan" dalam perjalanannya ke kamar mandi.

"Saya telah berpuasa dan shalat," katanya kepada kedua anak yang tersenyum itu. "Lihat kaki saya."
Dia berputar ke satu sisi, tampak wajahnya yang tampan, dan berhenti. Sedetik kemudian, dia berjinjit dengan hati-hati pada kaki kirinya, dan tampak seolah mau terbang ketika kaki kanannya diangkat dari karpet.

Anak-anak itu tertawa dan minta tanda tangan Ali. Sang Juara membubuhkan tanda tangannya di sebuah pamflet Islami dan memberikan satu pada setiap anak.

Pernah menjadi sebuah mesin pemukul yang sangat hebat yang menimbulkan rasa takut pada lawannya, Ali masih merupakan figur yang mengagumkan. Dia duduk di deretan atlet terbesar abad kedua puluh, dan mengubah status atlet kulit hitam dalam pandangan manusia. Dia mengangkat martabat atlet kulit hitam ke tempat yang tinggi, dengan mendapatkan penghormatan dan penerimaan yang baik dari masyarakat, putih maupun hitam.

Ali bertahan sebagai pusat perhatian selama lebih dari dua dasawarsa. Dalam waktu itu dia berhasil menguasai mahkota kejuaraan tinju kelas berat selama tiga kah, dan menjadikan dirinya sebuah legenda.
Cassius Marcellus Clay, Jr., dilahirkan pada 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, dari seorang ayah yang bekerja sebagai pelukis papan nama dan reklame, Cassius Marcellus C1ay, Sr., dan seorang ibu, Odessa Grady Clay, seorang pembantu rumah tangga. Dua puluh dua tahun kemudian, dia dilahirkan kembali.
Cassius Clay diberi sebuah nama baru oleh Elijah Muhammad pada 1964, ketika Elijah membuat sebuah pernyataan umum dalam suatu siaran radio dari Chicago pada tanggal 6 Maret: "Nama Clay ini tidak menyiratkan arti ketuhanan. Saya harap dia akan menerima dipanggil dengan nama yang lebih baik. Muhammad Ali, nama yang akan saya berikan kepadanya selama dia beriman kepada Allah dan mengikuti saya."

Selama tiga tahun sebelum pertarungannya untuk memperebutkan gelar juara dunia kelas berat dengan Sonny Liston, Clay telah menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh Nation of Islam. Kehadirannya dilaporkan oleh koran Daily Nezus di Philadelphia pada September 1963; tetapi pada Januari 1964, dia berbicara di sebuah rapat Muslim di New York. Dia membuat sensasi yang besar. Beberapa minggu kemudian, ayahnya mengatakan bahwa Clay telah bergabung dengan Nation:
Clay masih belum memberikan pernyataan publik tentang keikutsertaannya dalam Nation of Islam. Tetapi dia sibuk mempelajari Islam di bawah bimbingan Kapten Sam Saxon (sekarang Abdul Rahman), yang dijumpai Clay di Miami pada 1961, dan menteri Ishmael Sabakhan. Pelajaran-pelajaran mereka merupakan hasil ajaran Nation of Islam: Tuhan adalah orang kulit hitam, tetapi kaum kulit hitam di Amerika memakai nama majikan budak.

Pelajaran yang membakar dapat didapat dari perjalanan ke daerah Selatan, atau dengan mudah bisa didapatkan dengan menonton televisi. Jim Crow sedang berada pada masa kejayaannya, dan seratus tahun setelah penghapusan perbudakan, kaum kulit hitam disemprot dengan selang air di jalanan, dipukuli, ditembaki, dan dilukai sampai cacat karena memperjuangkan kesetaraan rasial di Amerika Serikat.

Clay merenungkan ajaran-ajaran Elijah Muhammad, membaca surat kabar yang diterbitkan Nation, dan mencari bimbingan dan saran dari Malcolm X, yang dijumpainya di Detroit pada awal 1962. Pesan di balik perjuangan kaum kulit hitam terhadap supremasi kulit putih dapat dimakluminya.

Sebelum pertandingan Clay melawan Liston, Malcolm mengunjungi Clay sebagai pribadi, bukan sebagai wakil Elijah. Malcolm menganggap Clay sebagai adiknya dan menasihati dia, melambungkan kebulatan tekadnya untuk bangkit melawan tantangan yang berat --untuk mengungguli Liston. Ingat David dan Goliath, ujar Malcolm menyemangatinya.

Malcolm meninggalkannya hanya setelah promotornya mengancam untuk membatalkan pertandingan jika dia masih berkeliaran di sekitar tempat itu. Di satu pihak Clay merasa takut jika dia tidak akan diizinkan untuk bertanding memperebutkan gelar di kelas berat apabila hubungannya dengan Nation diketahui.

Walaupun merasa sangat takut menghadapi Liston, akhirnya Clay menang dalam pertandingan itu karena, dia yakin, bahwa itu merupakan "waktu Allah". Clay benar-benar bergerak menjauhi jangkauan Liston dan menghajarnya dari sudut-sudut yang berlainan. Ketika pada akhir ronde keempat mata Clay terasa perih dan buta sebagian (mungkin karena minyak gosok dari tubuh dan sarung tangan Liston), Angelo Dundee mendorongnya kembali ke ring, lalu Clay mempergunakan kelihaian dan keyakinannya untuk menghindari pukulan Liston. Liston yang terluka mengakhiri pertandingan sebelum bel ronde ketujuh berbunyi. Dunia memiliki seorang juara baru.

Setelah Clay menang, Elijah Muhammad membalik strateginya. Dia berkata pada lima ribu pengikut di Chicago: "Saya bahagia bahwa dia mengaku sebagai seorang yang beriman. Clay membuktikan diri sebagai seorang yang lebih tangguh dan menyelesaikan pertandingan tanpa rasa takut karena dia telah menerima Muhammad sebagai Utusan Allah."

Malcolm mungkin telah berusaha untuk menarik Ali ke sudutnya sendiri ketika Malcolm telah merencanakan untuk memisahkan diri dari Nation. Tetapi Ali dilaporkan mengatakan pada seoran koleganya, "Orang itu tidak dapat meyakinkan saya untuk melawan sang Utusan."

Akhirnya Malcolm dikucilkan dan Ali tetap berada di kubu Elijah Muhammad, menghina Malcolm ketika berada di Ghana ("Tak seorang pun yang mendengarkan Malcolm lagi") dan mengikuti Elijah sampai kematian pemimpin itu pada 1975.

Sekarang Ali mengumumkan bahwa dia dan semua orang di Nation akhirnya melaksanakan ajaran Islam ortodoks yang sama dengan yang dilakukan Malcolm setelah dia meninggalkan Nation. Dan Ali lebih mentaati dan mencintai Allah daripada mengindahkan ajaran-ajaran Elijah Muhammad. Ali mengambil pandangan umum bahwa Elijah memainkan peran penting dalam mengangkat kaum kulit hitam Amerika --membebaskan mereka dari obat-obatan, alkohol, makanan yang beracun, dan perusakan diri pada umumnya.

Ali tidak pernah mengikuti arus pemikiran "iblis berkulit putih". "Hati dan jiwa tidak berwarna," katanya sekarang.

Dia telah membelanjakan uangnya beberapa ratus ribu dolar untuk buku-buku dan pamflet-pamflet Islami untuk memperkenalkan agamanya. Dia percaya bahwa bukan hanya kaum Muslim tetapi juga orang Kristen dan Yahudi yang takut pada Tuhan akan masuk surga.

Para dokter berkata bahwa Ali menderita Sindroma Parkinson yang sangat mengguncangkan jiwanya, sebagai akibat dari luka karena pertarungan dan terkena pukulan yang terus-menerus di kepalanya. Tentang kondisinya, Ali mengatakan bahwa dia telah mendapatkan hidup yang baik sebelumnya dan sekarang. Dia tidak membutuhkan simpati dan belas kasihan; dia hanya ingin menerima kehendak Allah. Pada kenyataannya, dia berkata tidak ada idola dalam Islam dan itu mungkin karena dia telah dijadikan idola oleh berjuta-juta orang, Allah merendahkannya untuk mengingatkannya pada kenyataan bahwa tak ada seorang pun yang lebih hebat dari Allah.

Perjuangan Ali yang utama sekarang adalah mencoba menyenangkan Allah dalam segala hal yang diperbuatnya. Menguasai dunia tidak membawanya kepada kebahagiaan yang sejati; kebahagiaan sejati, katanya, hanya didapatkan dengan menyembah Allah.

KESABARAN SEORANG AYAH

Di suatu weekend, si ayah mengajak anaknya untuk pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut.

Benar saja, di salah satu tikungan, ada sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam di rumah sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun. Buta tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan.

Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta-tuli ini. Dia senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Di suatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat ‘hangat’ tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat.
Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat. Namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau papanya hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya.

Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdo’a dan berharap, kalau suatu saat Tuhan dapat memberi mujizat. Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendo’akan kesembuhan anaknya. Setiap hari.

Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yang tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Tuhan telah mengabulkan do’a sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yang telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. “Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku.”

Sahabatku, terkadang seperti Anak itulah tingkah kita. Terkadang kita Buta dan Tuli, tidak mau sedikit pun mendengar dan melihat sekeliling kita. Tapi Tuhan sebagai AYAH YANG BAIK dan SETIA pada Kita. Dia selalu dengan Sabar Menuntun dan Menolong Kita.

Rabu, 17 November 2010

Sepuluh (10) Kepribadian Orang Sukses

“The best way to predict the future is to create it.” – Alan Kay

Suatu KESUKSESAN memiliki banyak definisi dan variasi tolok ukur. Beberapa dari kita meyakini, bahwa kesuksesan berarti mencapai posisi tertinggi di kantor, variasi lainnya bermakna memiliki kecukupan finansial tertentu. Ada sebagian lagi mewujudkan kesuksesan sebagai sebuah predikat penghargaan dari kolega dan khalayak atas prestasinya. Dari bermacam definisi dan tolok ukur itu, satu hal yang dapat disimpulkan bahwa kesuksesan merupakan pencapaian impian melalui sebuah proses terstruktur dan terencana. Contohnya, si A mendefinisikan sukses jika dia mampu mencapai manajer pemasaran di tempat kerjanya. Usaha untuk “memuluskan” kesuksesan tersebut, A memutuskan untuk belajar kembali di institusi pendidikan S2 dan mengikuti beberapa seminar pemasaran. Tentu saja, banyak hal yang perlu dipersiapkan, baik itu material dan sikap pribadinya. Bentuk material berupa dana dan waktu merupakan hal yang pasti harus dipersiapkan, lalu perlu juga ditunjang dengan sikap pribadi dalam menyikapi proses pencapaian kesuksesan itu sendiri.

Merujuk kepada Jennie S. Bev yaitu seorang konsultan, entrepreneur, penulis dan edukator bertempat tinggal di San Francisco Bay Area dan merupakan seorang Indonesia yang “sukses” berkompetisi pada iklim “ketat” Amerika. Beliau mengedepankan 10 unsur kepribadian seorang sukses (baik dari segi keuangan dan prestasi) yang berdasarkan pada komunikasi dan pergaulannya dengan para billionaire dan beberapa pengusaha sukses. Sepuluh sikap itu adalah sebagai berikut:

Satu, keberanian untuk berinisiatif.
Kekuatan yang sebenarnya tidak lagi menjadi rahasia atas kesuksesan orang-orang terknenal yaitu mereka selalu punya ide-ide cemerlang! Seorang Donald Trump yang “mendunia” karena superioritasnya di bidang Real Estate awalnya berproses dari status bangkrut dan akhirnya berpredikat Raja Real Estate, adalah contoh dari seorang yang jenius dan berani berinisiatif. Kita tentu mengenal serial TV The Apprentice, kontes Miss Universe, Online University bernama TrumpUniversity.com, bahkan di negara asalnya boneka Donald adalah sebuah icon dan produk laris selain buku-buku bestseller-nya. Dan inisiatif adalah kekayaan semua orang, tinggal orang itu mau atau tidak untuk berinisiatif mengemukakan ide-idenya.

Dua, tepat waktu. Sebuah hal yang pasti untuk semua orang di dunia ini tanpa terkecuali adalah bahwa kita memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24 jam sehari. Seorang yang menepati janji dan tepat waktu menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang memiliki kemampuan mengatur/manage sesuatu yang paling terbatas tersebut. Kemampuan untuk hadir sesuai janji adalah kunci dari semua keberhasilan, terutama keberhasilan berbisnis dan berinteraksi. Memberikan perhatian lebih terhadap waktu merupakan pencerminan dari respek terhadap diri sendiri dan kolega dan mitra kita.

Tiga, senang melayani dan memberi. Sebuah rumus sukses dari banyak orang sukses adalah mampu memimpin, namun sebuah additional attribute dari sikap kepemimpinan adalah kebiasaan melayani dan memberi. The more you give to others, the more respect you get in return. Dan, keikhlasan adalah kunci untuk sifat ini. Kebaikan lain akan terus mengalir tanpa henti saat kita mampu memberi dan melayani dengan ikhlas. Ini mungkin bisa dibilang sebagai bonus saja! Tetapi, setidaknnya dengan memberi dan melayani berarti menunjukkan kepada teman, kolega serta rekan kita betapa suksesnya diri kita sehingga membuat orang lebih yakin bermitra dan bergaul dengan diri kita.

Empat, membuka diri terlebih dahulu. Barangkali kita pernah bertemu orang yang selalu mau tahu tentang hal pribadi orang lain namun dia terus menutup diri agar jati dirinya tidak terbuka. Mereka biasanya hidup dalam ketakutan dan kecurigaan, dan selalu berprasangka buruk kepada siapa saja yang dijumpainya. Sikap ini adalah unsur yang tidak dimiliki banyak orang sukses. Rasa percaya dan kebesaran hati untuk membuka diri terhadap lawan bicara merupakan cermin bahwa kita nyaman dengan diri sendiri, lantas tidak ada yang perlu ditutupi, itulah yang dicari oleh para partner sejati dan sebagian besar dari kita akan setuju bahwa tidak banyak orang yang mau bekerja sama dengan orang yang misterius, betul kan?

Lima, senang bekerja sama dan membina hubungan baik. Kemampuan bekerja sama dalam tim adalah salah satu kunci keberhasilan utama. Kembali kita mengambil contoh Donald Trump. Dalam serial TV The Apprentice, Trump memiliki tim yang loyal dan menjadi perpanjangan tangan dirinya dalam menemukan para calon “orang kepercayaan” yang baru. Pada akhirnya, Trump akan memiliki sebuah tim yang sangat loyal dan bervisi sama dengan menciptakan jaringan kerja yang baik, sehingga jalan menuju sukses itu semakin terbuka lebar.

Enam, senang mempelajari hal-hal baru. Ciputra dan Aburizal Bakrie adalah seorang yang bisa dikatakan sebagai orang sukses dalam bidangnya yaitu commerce. Tapi saat mereka mendirikan universitas, apakah mereka beralih sebagai seorang pendidik? Atau mereka sendiri sebenarnya adalah profesor? Jelas tidak, mereka tetap seorang entrepreneur, namun dengan kegemarannya mencari hal-hal baru serta langsung menerapkannya, maka dunia bisnis semakin terbuka luas baginya. Dunia bisnis ibarat sebagai tempat bermain yang laus dan tidak terbatas. Jadi senang belajar dan mencari hal baru adalah sebuah sikap kesuksesan.

Tujuh, jarang mengeluh, profesionalisme adalah yang paling utama. Lance Armstrong pernah berkata, “There are two kinds of days: good days and great days.” Hanya ada dua macam hari: hari yang baik dan hari yang sangat baik. Adalah baik jika kita tidak pernah mengeluh, walaupun suatu hari mungkin kita akan jatuh dan gagal. Mengapa? Karena setiap kali gagal, itu adalah kesempatan bagi diri kita untuk belajar mengatasi kegagalan itu sendiri sehingga tidak terulang lagi di kemudian hari. Hari di mana kita gagal tetap sebagai a good day (hari yang baik).

Delapan, berani menanggung resiko. Jelas, tanpa ini tidak ada kesempatan sama sekali untuk menuju sukses. Sebenarnya setiap hari kita menanggung resiko, walaupun tidak disadari penuh. Resiko hanyalah akan berakibat dua macam: be a good or a great day. Jadi, jadi tidak perlu dikhawatirkan lagi bukan? Kegagalan pun hanyalah kesempatan belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama di kemudian hari dan tentunya ambang kepada kesuksesan akan lebih dekat.

Sembilan, tidak menunjukkan kekhawatiran (berpikir positif setiap saat). Berpikir positif adalah environment atau default state di mana keseluruhan eksistensi kita berada. Jika kita gunakan pikiran negatif sebagai default state, maka semua perbuatan kita akan berdasarkan ini (kekhawatiran atau cemas). Dengan pikiran positif, maka perbuatan kita akan didasarkan oleh getaran positif, sehingga hal positif akan semakin besar kemungkinannya. Semakin positif kita menyikapi hambatan, semakin besar kesempatan kita menemukan penyelesaian atas hambatan tersebut.

Sepuluh, “comfortable in their own skin” Menutup-nutupi sesuatu maupun supaya tampak “lebih” dari lawan bicaranya. Pernah bertemu dengan orang sukses yang rendah diri alias tidak nyaman dengan diri mereka sendiri? Tidak ada tentunya. Kenyamanan menjadi diri sendiri tidak perlu ditutup-tutupi supaya lawan bicara tidak tersinggung karena setiap orang mempunyai tempat tersendiri di dunia yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Saya adalah saya, mereka adalah mereka. Dengan menjadi diri saya sendiri, saya tidak akan mengusik keberadaan mereka. Jika mereka merasa tidak nyaman, itu bukan karena kepribadian saya, namun karena mindset yang berbeda dan kekurangmampuan mereka dalam mencapai kenyamanan dengan diri sendiri. Sikap dasar orang sukses tersebut di atas barangkali dapat menjadi cerminan dan memuluskan langkah kita untuk mencapai kesuksesan yang kita impikan, tinggal kita yang memutuskan. Siap untuk sukses? Sampai bertemu lagi di puncak gunung kesuksesan!

Selasa, 16 November 2010

Sejenak Memandang Hakikat Hidup

Di terjemahkan bebas dari muqoddimah Al Ihkam,buah karya Abu Muhammad Al Andalusi oleh Muhammad Fuady

Seorang manusia dapat dinilai kecerdasannya dari pilihannya. Orang yang cerdas memilih sesuatu dengan alasan yang tepat. Orang yang bodoh pandangannya lemah, sehingga baginya beberapa pilihan yang ada di depannya adalah hal yang sama, yang membedakan hanya keinginan pribadi, hanya kecenderungan nafsu. 

Setiap orang yang berakal sehat tentunya ketika dihadapkan antara dua pilihan, yang satu sedikit, kurang bermanfaat, hanya sebentar dan kemudian hilang, kenikmatannya pun diselubungi kekhawatiran. Sedang yang satu lagi, lebih besar kuantitasnya, lebih berbobot manfaatnya, murni, tanpa perlu khawatir akan sesuatu, dan senantiasa abadi. Tentu tanpa ragu lagi, pilihan yang terakhir inilah yang akan diambil. Ini yang membedakan manusia dengan binatang, bahkan binatangpun mengerti, -walaupun sedikit- mana yang bermanfaat baginya, mana yang membawa bencana.

Sekarang coba bayangkan, ada sebuah istana besar yang akan dihuni selama seratus tahun, megah, seluas mata memandang, di sana kebun yang hijau, selalu teraliri air segar dari sungai, taman-tamannya selalu indah, begitu juga pohon-pohonnya. Gemerlap cahaya disana-sini, harum bunga-bunga yang tumbuh di tamannya. Lengkap dengan para pelayan yang ramah dan menurut. Selalu aman di setiap jengkal tanahnya. Dan tidak perlu lagi ditanya, berapa banyak harta yang ada di dalam istana itu. Hanya saja, untuk sampai ke sana, harus ditempuh dengan perjalanan seharian penuh, dengan rute perjalanan yang agak berat di beberapa tempat, tapi tidak semuanya. 

Sekarang kembali bayangkan sebuah perjalanan, sama-sama seharian penuh, perjalanan ini melewati tanah lapang yang luas dan indah, tapi ada juga hal - hal yang mengerikan di tanah lapang itu . Kemudian di sana ada juga pohon lebat yang nyaman untuk berteduh, tapi hati-hati, jika lengah bisa - bisa bekal perjalanan akan lenyap diambil orang. Lalu selesai dari perjalanan ini, sampailah pada tujuan akhir perjalanan. Apa yang ada pada ujung perjalanan ini? Ternyata hanya sepetak rumah, sempit, bernafas saja susah. Rumah yang isinya kesengsaraan, selalu membuat gelisah. Gubuk derita inilah yang akan jadi tempat tinggal selama seratus tahun.

Nah, bayangkan orang bodoh yang model apa yang masih mau memilih rute perjalanan kedua dibanding yang pertama? Apa ada orang masih punya akal yang mau memilih, kenikmatan yang biasa-biasa saja, dan hanya sehari, lalu sengsara seratus tahun, dengan kerja keras sehari penuh setelah itu kenikmatan seratus tahun. Beginilah =setidaknya= gambaran, orang yang masih memilih kehidupan dunia yang pasti berlalu ini dibandingkan dengan akhirat padahal ia tahu konsekuensinya. Sekarang bagaimana kalau kenikmatan itu hanya sekejap saat, kemudian berlalu, dibandingkan dengan kenikmatan abadi yang tiada berakhir? Ini jika ia masih yakin akan kehidupan akhirat, tapi kalau ia masih ragu dan bimbang, bencananya lebih besar lagi.Na’udzubillahi min dzaalik