Umumnya, orangtua ingin anaknya cerdas, terlebih di bidang mata pelajaran sekolah. Namun perlu disadari, kecerdasan saja tidak cukup untuk membuat anak sukses. Anak juga harus kreatif, sebab dengan kreatif, ia bisa mengatasi masalah dalam kehidupan.
Collin Rose, seorang pemerhati anak, mengatakan kesuksesan bisa ditentukan dengan 20 persen kecerdasan dan 80 persen kreativitas. Berarti, penting bagi kita menstimulasi daya kreativitas anak supaya kelak ia bisa sukses.
Menurut dra Rosemini A Prianto, M.Psi., dalam sebuah seminar beberapa waktu lalu, setiap anak punya daya kreativitas dan kita sebagai orangtua wajib mengasahnya. Ia pun memberikan beberapa kiat kepada peserta seminar yang bertajuk, "Berbagi Kita Meningkatkan dan Mengasah Kreativitas Anak Sebagai Wujud Kasih Sayang."
Pertama, saat balita ajak anak belajar sambil bermain. Ketika menginjak usia sekolah, ikuti gaya belajar yang membuatnya nyaman. Mungkin saja, ia tak bisa maksimal belajar lantaran harus duduk manis dan memilih belajar sambil berpindah-pindah tempat. Sama halnya bila ia suka belajar sambil mendengarkan musik, mendendangkan lagu, atau lainnya.
Kedua, manfaatkan sarana yang ada di rumah untuk belajar. Seperti menghitung jumlah gelas yang ada di rak, warna-warna yang ada di ruang tamu, bentuk-bentuk geometri yang ada di ruang makan, dan lainnya. Kita juga bisa menggunakan alat-alat yang tak terpakai seperti bekas gelas air mineral maupun fasilitas, seperti komputer, internet, sebagai sarana anak belajar.
Ketiga, berkomunikasilah intens dengan anak. Ajak ia berdiskusi mengenai berbagai masalah dalam keseharian. Jika ada masalah, ajari anak untuk mencari solusi, lalu berikan kesempatan kepada anak untuk mengatasi masalahnya sendiri. Cara ini akan menstimulasi daya kreativitas anak untuk mengatasi masalah.
Keempat, hindari kata "jangan" ketika melarang anak melakukan sesuatu yang membahayakan atau yang tidak perlu. Sebab kata ini akan "memasung" daya kreativitas anak. Ganti dengan kata "sebaiknya" sambil menjelaskan mengapa ia perlu mempertimbangkan untuk melakukan hal yang "sebaiknya" itu.
Kelima, kita perlu membiasakan anak untuk anak untuk menemukan alternatif jawabannya. Misal, kita bertanya mengapa anak harus sekolah? Jawaban yang biasa mungkin supaya ia pintar. Tetapi alternatif jawaban lain bisa beragam, misal, supaya ia bisa belajar banyak hal positif, supaya kelak ia bisa menjadi dokter, supaya ia bisa bermain dengan teman-temannya, dan lainnya.
Keenam, jika anak sudah menunjukkan kreativitasnya, kita perlu memberinya penghargaan. Tak perlu mahal, tetapi bisa membuat anak merasa dihargai, seperti pelukan, pujian, belaian, dan lainnya.
Sumber : Darussalam